Selasa, 09 Februari 2010


BIMBINGAN KONSELING,,,,,


ini makalah ku,,,,



BIMBINGAN KONSELING



LAPORAN PENELITIAN


Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen. : Djuardi Bahar, M.Pd











Di Susun oleh :


C A S I N I
06460878

TARBIYAH / IPA BIOLOGI - A/ VI



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
CIREBON
2009









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelaksanaan bimbingan dan konseling telah dirintis sejak tahun 1960-an dan dilaksanakan secara serempak di sekolah sejak tahun 1975, yaitu saat diberlakukannya kurikulum ’75. Pada saat itu istilah yang diperkenalkan dan dipergunakan adalah Bimbingan dan Penyuluhan (BP). Istilah tersebut pada akhirnya memunculkan suatu sebutan bagi pelaksanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dengan sebutan guru BP.
Penyuluhan mulai diganti dengan istilah Bimbingan dan Konseling (BK). Perubahan mendasar dari istilah “penyuluhan” menjadi “konseling” didasari pada paradigma bahwa konselor tidak melakukan penyuluhan yang mempunyai konotasi sebagai pekerja lapangan, tetapi lebih pada usaha membantu Konseli/siswa sesuai dengan karakter siswa yang bersangkutan. Siswa lebih dihargai untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Dengan demikian, istilah guru BP dirubah menjadi guru BK.
Menurut SK Menpan no. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, pada pasal (3) disebutkan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya.
B.     Rumusan masalah  
  1. Apakah bimbingan konseling itu ?
  2. bagaimana peranan bimbingan konseling di sekolah ?

B.     Tujuan
      Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal







BAB II
PEMBAHASAN

I. BIMBINGAN KONSELING
A. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING

M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
 Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
 Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
 Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1) Adanya bantuan dari seorang ahli,
(2) Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3) Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh   konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

C.    TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
C. FUNGSI BIMBINGAN KONSELING
1.Fungsi Pemahaman
2.Fungsi Pencegahan
3.Fungsi Pengentasan
4.Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
5.Fungsi Advokasi
D. PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
1.Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan;
(1)non diskriminasi,
(2) individu dinamis dan unik
(3) tahap & aspek perkembangan individu,
(4) perbedaan individual.
2.Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu;
(1)kondisi mental individu terhadap lingkungan sosialnya,
(2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3.Prinsip berkenaan dengan program layanan;
(1)bagian integral pendidikan,
(2) fleksibel & adaptif
(3) berkelanjutan
(4) penilaian teratur & terarah
4.Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan;
(1) pengembangan individu agar mandiri
(2) keputusan sukarela
(3) ditangani oleh profesional & kompeten,
(4) kerjasama antar pihak terkait,
(5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran

E. ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
a)      Asas Kerahasiaan
b)      Asas Kesukarelaan
c)      Asas Keterbukaan
d)     Asas Kegiatan
e)      Asas Kekinian
f)       Asas Kedinamisan
g)      Asas Keterpaduan
h)      Asas Kenormatifan
i)        Asas Keahlian
j)        Asas Kemandirian
k)      Asas Alih Tangan Kasus
l)        Asas Tutwuri Handayani
F. PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING
a)      BK merupakan pelayanan psiko-paedagogis dalam bingkai budayaIndonesia dan religius.
b)      Arah BK mengembangkan kompetensi siswa untuk mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
c)      Membantu siswa agar mampu mengatasiberbagai permasalahan yang mengganggu dan menghambat perkembangannya.
G. VISI BIMBINGAN DAN KONSELING
Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan hakekat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan YME, sebagai makhluk individu, dan makhluk sosial dalam berhubungan dengan manusia dan alam semesta.


H. MISI BIMBINGAN DAN KONSELING
Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai siswa secara efektif, kreatif, dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam:
(1)Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME;
(2)Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan;
(3)Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual;
(4)Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ; dan
(5)Pengaktualisasian diri secara optimal.

II. PERKEMBANGAN SISWA SMA DALAM BIMBINGAN KONSELING
A. Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA
1)      Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME;
2)      Mencapai kematangan dalam hubungan antar teman sebaya, serta peranannya sebagai pria atau wanita;
3)      Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas;
4)      Mencapai kematangan dalam pilihan karir;
5)      Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri baik secara emosional, sosial, intelektual, dan ekonomi;
6)      Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara;
7)      Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni;
8)      Mencapai kematangan dalam etika sistem dan nilai.

B. PROFIL KOMPETENSI LULUSAN SMA
1. Aspek afektif
Siswa memiliki :
a)      Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai ajaran agama masing-masing.
b)      Memiliki nilai-nilai etika dan estetika.
c)      Memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi dan humaniora.

2. Aspek kognitif
a)      Menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Aspek psikomotor
  • Memiliki keterampilan berkomunikasi, kecakapan hidup dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam baik lokal, regional, maupun global.
  • Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.
 C.  BIMBINGAN PRIBADI SISWA SMA
Ø      Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ø      Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan yang kreatif dan produktif.
Ø      Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta dalam penyaluran dan pengembangannya.
Ø      Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
Ø      Pemantapan kemampuan dalam mengambil keputusan.
Ø      Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
Ø      Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.
D. BIMBINGAN SOSIAL SISWA SMA
Ø      Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif.
Ø      Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi secara dinamis, kreatif, dan produktif.
Ø      Pemantapan kemampuan bersikap dalam berhubungan sosial, baik dirumah, sekolah, tempatbekerja maupun dalam masyarakat.
Ø      Pemantapan kemampuan pengembangan kecerdasan emosi dalam hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik dilingkungan sekolah yang sama maupun di luar sekolah.
Ø      Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi sekolah dan upaya pelaksanaanya secara dinamis serta bertanggung jawab.
Ø      Orientasi tentang hidup berkeluarga.
E. BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMA
Ø      Pemantapan sikap dan kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif, efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi.
Ø      Pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
Ø      Pemantapan penguasaan materi program belajar disekolah lanjutan tingkat atas sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.
Ø      Pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat secara luas.
Ø      Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.
F. BIMBINGAN KARIR SISWA SMA
Ø      Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan
Ø      Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan
Ø      Pemantapan pengembangan diri berdasarkan IQ, EQ dan SQ untuk pengambilan keputusan pemilihan karir sesuai dengan potensi yang dimilikinya
Ø      Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kepentingan hidup
Ø      Orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan

G. LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (di dalam kelas, kelompok belajar, program studi, program latihan, magang, ko/ekstra kurikuler, dll) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.

H. LAYANAN KONSELING PERORANGAN
Layanan BK yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi yang dideritanya.
I. LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
Layanan BK yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan diri baik sebagai individu maupun sebagai siswa, dan untuk pengembilan keputusan dan/atau tindakan tertentu.

III. KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
1.Aplikasi instrumentasi Bk(Tes/ Non-Tes)
2.Himpunan Data (Pribadi Siswa, Prestasi, Observasi, Absensi, Catatan Kejadian)
3.Konferensi Kasus
4.Kunjungan Rumah
5.Alih Tangan Kasus

1. APLIKASI INSTRUMENTASI
Kegiatan pendukung BK untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
2. HIMPUNAN DATA
Kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3. KONFERENSI KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai fihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
4. KUNJUNGAN RUMAH
Kegiatan pendukung BK untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.
5. ALIH TANGAN KASUS
Kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut.

IV. KETENAGAAN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM BK
  1. Guru BK:
  2. Konselor, adalah guru yang berlatar-belakang pendidikan BK yang melakukan: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi/ penilaian, analisis, dan tindak lanjut program dan kegiatan layanan BK.
  3. Guru Pembimbing, adalah Konselor dan Guru yang ditugaskan dalam penyelenggaraan bimbingan.
  4. Guru Mata Pelajaran, adalah mitra kerja Guru BK dalam pelaksanaan program BK.
  5. Wali Kelas, adalah mitra kerja dalam pelayanan BK.
  6. Kepala Sekolah, adalah penanggung jawab menyeluruh kegiatan sekolah, termasuk kegiatan BK.
V.          PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah disesuaikan dengan tujuan pendidkan nasional yang termaktub dalam Sistem Pendidikan Nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggungjawab.
         Sesuai dengan amanat yang tercantum dalam UU sisdiknas tersebut, maka layanan bimbingan dan konseling di sekolah melakukan fungsi-fungsi yaitu:
1. Fungsi pemahaman
    Meletakkan upaya - upaya untuk mengenal individu secara totalitas. Artinya Konseling atau individu yang sedang dibantu perlu dipahami tentang:
1. identitas individu: nama, jenis kelamin, tempat tinggal, tanggal lahir.
2. pendidikan
3. status perkawinan (bagi klein dewasa)
4. status sosial-ekonomi
5. kemampuan (bakat, minat, hobby)
6. kesehatan
7. kecenderungan sikap atau kebiasaan
8. cita-cita pendidikan dan pekerjaan
9. keadaan lingkungan tempat tinggal
10. kedudukan danprestasi yang pernah dicapai
11. kegiatan sosial dankemasyarakatan.
2. Fungsi preventif
Yaitu mencoba untuk mencegah munculnya permasalahan-permasalahan yang dialami oleh siswa. Tindakan pencegahan ini seringkali dilakukan dengan memberikan layanan orientasi dan informasi kepada siswa di sekolah.
3. Fungsi tindakan kuratif
              Yaitu melakukan tindakan penangan terhadap siswa-siswa yang mengalami masalah di sekolah. Permasalahan siswa di sekolah dapat muncul dari diri pribadi siswa itu sendiri atau muncul karena akibat berhubungan dengan lingkungan di luar diri mereka sendiri. Pada fungsi terapi ini, dipergunakan berbagai macam pendekatan bimbingan dan konseling. Konselor memberikan upaya bantuan kepada siswa sesuai dengan karakteristik mereka masing-masing.

 4. Fungsi follow up atau tindak lanjut
 Merupakan usaha konselor untuk menjaga agar siswa baik yang bermasalah atau yang tidak bermasalah dapat terjada kesejahteraannya. Bagi mereka yang telah dapat menangani masalahnya sendiri, maka konselor berupaya untuk membantu mereka agar dapat menyelesaikan masalahnya yang lain sesuai dengan hasil atau pengalaman yang telah di dapat selama konseling.

VI. BIDANG – BIDANG  BK
a. Bimbingan Pribadi-Sosial
Bimbingan pribadi-sosial dilaksanakan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan keadaan pribadi serta hubungan sosialnya. Seringkali masalah siswa muncul bukan karena mereka mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan sosial dengan lingkungan di sekitarnya, tetapi seringkali karena mereka tidak mampu mengenal dan memahami diri mereka sendiri. Nurihsan (2003) menyatakan bahwa bimbingan sosial-pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian danmengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.
Bidang bimbingan sosial (dalam Soenarjo, 2004) di tingkat SMA meliputi materi sebagai berikut:
  1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan secara efektif, efisien dan produktif
  2. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta beragumentasi secara dinamis dan kreatif
  3. Pemantapan kemampuan bertingklah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, di tempat latihan/kerja/unit produksi maupun di masyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum, ilmu dan kebiasaan yang berlaku.
  4. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah lain, di luar sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya.
  5. Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah dan lingkungan serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggungjawab.
  6. orientasi tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Bimbingan Akademik/Belajar
Bimbingan diberikan kepada siswa baik yang bermasalah atau tidak bermasalah terhadap proses akademik di sekolah. Konselor memberikan tindakan preventif kepada semua siswa agar terhindar dari masalah yang akan muncul selam amenempuh pendidikan di tingkat pendidikan tertentu. Sebagai tindakan preventif, konselor sekolah dapat memberikan layanan orientasi dan informasi mengenai keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu diperkenalkan kepada siswa antara lain; pengenalan terhadap kurikulum yang berlaku di sekolah, waktu belajar, pengenalan cara belajar, penggunaan sumber belajar di sekolah serta bagaimana menyusun rencana karir (Nurihsan, 2003).
Tindakan kuratif diberikan kepada siswa yang mengalami masalah dengan proses pembelajaran di sekolah. Tindakan kuritif ini seringkali dilakukan oleh konselor dengan melakukan kerja sama dengan guru bidang studi untuk membantu siswa-siswa yang bermasalah. Dalam hal ini, tugas terpenting konselor adalah mengidentifikasi sebab-sebab permasalahan dan dampak psikologisnya serta memberikan treatment kepada siswa sesuai dengan kebutuhan siswa.
Bidang bimbingan belajar (dalam Soenarjo, 2004) di tingkat SMA meliputi materi sebagai berikut:
  1. Pemantapan sikap, kebiasaan dan keterampilan belajar yang efektif dan efisien serta produktif, dengan sumber belajar yang lebih bervariasi.
  2. Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri maupun berkelompok.
  3. Pemantapan penguasaan materi program belajar keilmuan, teknologi dan atau seni di SMA dan penerapannya, serta sebagai persiapan untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.
  4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah, dan atau alam sekitar serta masyarakat untuk pengembangan diri.
  5. Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.

c. Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau siswa agar mereka dapat merencanakan, mengembangkan dan memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas kerja, pemahaman terhadap kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan dan pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi (nurihsan, 2003).
Bidang bimbingan karir (dalam Soenarjo, 2004) di tingkat SMA meliputi materi sebagai berikut:
1)      Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karir yang hendak dikembangkan.
2)       Pemantapan orientasi dan informasi karir pada umumnya, khususnya karir yang hendak dikembangkan.
3)      Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhyan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4)      Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki setelah lulus SMA.
5)      Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.
6)      Khusus untuk sekolah kejuruan: pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan.

E. SATUAN LAYANAN BK
a. Layanan Orientasi
Layanan orientasi mempunyai fungsi sebagai usaha pengenalan lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang baru bagi siswa. Pengenalan-pengenalan lain yang dapat diberikan kepada siswa seperti kurikulum baru yang diterapkan sekolah, waktu proses belajar di sekolah. Pelaksanaan layanan orientasi ini berdasar pada anggapan bahwa memasuki lingkungan baru dan mengadakan penyesuaian bukanlah hal yang mudah (Prayitno & Amti, 1999).
                Apabila diibaratkan seseorang yang akan membangun sebuah rumah, maka mereka perlu mengenal lingkungan baru tersebut. Seringkali mereka “buta” terhadap keadaan sekitarnya misalnya tentang dimana memperoleh bahan bangunan yang murah? Dimana mereka bisa mendapatkan bahan makanan? Bagaimana corak kehidupan sosial masyarakat sekitar? dan buta terhadap yang lain-lainnya. Akibat kebutaan tersebut seringkali mereka mengalami masalah dalam usaha membangun rumah.
Allan & McKean (dalam Prayitno dan Amti, 1999) menunjukkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan layanan orientasi yaitu:
1. Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan juga memberikan kemudahan untuk mengambangkan kemampuan memecahkan masalah;
2. Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah
3. Anak-anak dari kelas sosial sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
              Layanan orientasi di sekolah dapat diberikan dengan memberikan materi layanan orientasi sekolah sebagai berikut (Prayitno & Amti, 1999).
1. Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya.
2. kurikulum yang ada.
3. penyelenggaraan pengajaran.
4. kegiatan belajar siswa yang diharapkan.
5. sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas.
6. fasilitas dan sumber belajar yang ada.
7. fasilitas penunjang.
8. staf pengajar dan tata usaha.
9. hak dan kewajiban siswa.
10. organisasi siswa.
11. organisasi orang tua siswa.
12. organisasi sekolah secara menyeluruh.

b. Layanan Informasi

Layanan informasi merupakan layanan yang seringkali dilakukan oleh konselor sekolah. Layanan ini dilakukan oleh konselor dengan melakukan tatap muka dengan siswa di dalam kelas, dimana konselor memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan kebutuhan siswa selama menempuh pendidikan.
Layanan informasi ini bertujuan agar siswa yang mendapatkan informasi bisa menambah wawasan dan bila perlu dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan bagi siswa (Arsitun, 2004).
Menurut Prayitno dan Amti (1999) layanan informasi membicarakan tiga jenis informasi yaitu (a) informasi pendidikan, (b) informasi jabatan dan (c) informasi sosial-budaya.
c. Layanan Pengumpulan data
Layanan pengumpulan data merupakan suatu proses pengumpulan keseluruhan data siswa. Dalam layanan ini konselor mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kondisi pribadi, kondisi keluarga, minat, bakat serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
 Data yang terkumpul akan didokumentasikan secara tertib dan dipergunakan oleh konselor untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi selama menempuh pendidikan di sekolah.
Data-data yang perlu dikumpulkan oleh konselor sekolah meliputi beberapa hal (prayitno & Amti, 1999) yaitu:
1. identitas pribadi
2. latar belakang rumah dan keluarga
3. kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
4. sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai-nilai mata pelajaran
5. hasil tes diagnostic
6. sejarah kesehatan
7. pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
8. minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan/jabatan
9. prestasi khusus yang pernah diperoleh.

Lebih lanjut diungkapkan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghimpun data adalah:
1. Materi yang dikumpulkan harus akurat dan lengkap
2. Data individu sebaiknya selalu bertambah dan berkembang
3. Data yang dikumpulkan disusun dalam format-format yang teratur menurut sistem tertentu
4. Data yang terkumpul bersifat rahasia

d. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan diberikan kepada Konseling untuk membantu mereka dalam menempatkan diri sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan selama menempuh proses pendidikan. Layanan penempatan dapat berupa menempatkan siswa dalam posisi tertentu di kelas, menempatkan siswa dalam pemilihan kegiatan ekstrakurikuler serta menempatkan siswa dalam program penjurusan di sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah biasanya menempatkan siswa pada kegiatan seperti Palang merah Remaja (PMR), Kepecinta Alaman, Pramuka dan lain sebagainya.
e. Konseling
Konseling merupakan jantung hati pelaksanaan bimbingan di sekolah. Dikatakan sebagai jantung hati program bimbingan karena konseling ini dilakukan setelah proses bimbingan diberikan kepada siswa. Konseling ini diberikan kepada siswa apabila permasalahan yang dihadapi oleh siswa sudah memunculkan perubahan perilaku yang negatif atau Konseling mengalami gangguan emosi ringan.
Konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor profesional kepada Konseli untuk membantu memecahkan masalah Konseling, dimana keputusan berada di tangan Konseli. Menilik definisi tersebut, tampak bahwa konseling bukan kegiatan yang bisa dilakukanoleh semua orang. Konseling hanya dapat dilakukan oleh konselor yang profesional, yaitu mereka yang telah menempuh jenjang pendidikan tertentu.

f. Layanan Referal
Referal merupakan suatu tindakan alih tangan kasus. Pengalihan penanganan masalah Konseli merupakan sesuatu yang wajar, terlebih jika kita melihat kompetensi konselor. Referal ini dilakukan oleh konselor sekolah karena beberapa sebab, antara lain karena (1) Konseli tidak menunjukkan kemajuan (progress) yang positif selama dilakukan proses konseling, (2) kemampuan/kompetensi konselor tidak mengijinkan mereka untuk membantu menyelesaikan masalah Konseling.

g. Layanan evaluasi dan tindak lanjut
Evaluasi dan tindak lanjut merupakan serangkaian layanan dalam proses bimbingan yang berusaha untuk menilai kinerja konselor dan staf serta menilai keberhasilan program bimbingan dan konseling yang telah dibuat. Dari hasi evaluasi ini selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan pembuatan atau pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya. Metode evaluasi yang dipakai antara lain metode SWOT (Strenghten, Weakness, Opportunity and Threatness) atau metode CIPP (Contex, Input, Process dan Product).

Berikut adalah sebagian data bimbingan konseling dari Yayasan Pendidikan Islam Putera Bangsa SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON.

Yayasan Pendidikan Islam Putera Bangsa
SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
Tahun Ajaran 2008 – 2009
__________________________________________________________________
              
KONSELING / KONSULTASI INDIVIDUAL
NO
Nama siswa
Kelas
Penyebab
Masalah
KET
01
Aldi Fitrio
X.2
1.Orang tua selalu menentukan untuk membantu usaha        
( foto kopian ).
2.Orang tua kurang memberikan support prestasi bulu tangkis.
3.Orang tua selalu menomerduakan
4.Orang tua selalu menyalahkan
 Orang tua
adaptasi
02
Dian F
27 / 1 / 2009
Konseling
X.1
Ranking 3 semester I X
Cita – cita :
a. perbankan / Stan /
-          Kelemahan ingin  masuk IPA
b. Arsitektur
kelemahan fisik kurang.

Karir masa depan


03
Ghadin
X.I
Ranking I Semester I X
Cita – cita : UPI
                   Hukum
 Masalah : Kendala belum mantap

Pendidikan
04
Shinta
Konseling, 31/1/09

1.      Ranking 2 Semester IX
2.      Cita–cita kedokteran
3.persaingan cukup ketat


05


Indah
Konseling 31/ 1/09
X.3
1. Ranking 4 semester IX
2. Cita-cita : Akuntansi
3. Hamabatan : tidak menguasai matematika

IPS
06
Andin
Konseling
3/2/09
X.4
1. Ranking 9
2. Cita-cita : Bidan – Guru
3. Hambatan : Kurang menguasai matematik dan fisika.


IPA
07
Arief
Konseling 3/2/09
X.2
1. Ranking 4
2. cita-cita: Dokter/musisi
3. hambatan : Mata pelajaran IPA
Membuat arah karir
IPS
08
Atika
Konseling
4/2/09
X.3
1. Ranking
2. Cita-cita: fotografi,musisi, seni.
3. Hambatan : IPS
Kemampuan IPS dan Bahasa.keinginan ke bidang seni
IPA





Yayasan Pendidikan Islam Putera Bangsa
SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
Tahun Ajaran 2008 – 2009
__________________________________________________________________
BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Topik permasalahan           : Psikotes
B. Bidang Bimbingan             : Belajar dan karir
C. Jenis dan layanan               : Informasi
D. Fungsi layanan                   :
E. Tujuan layanan / hasil
 Yang ingin di capai               : Mengukur kemampuan siswa dalam bidang        EKSAK-Non EKSAK – dan lain-lain.
F. Sasaran layanan                  : Siswa kelas X
G. Uraian kegiatan
    dan materi layanan              : 1. Apa yang di maksud dengan psikotes
                                                  2. Apa yang di ukur dalam psikotes
H. Metode                               : ceramah dan Tanya jawab
I. Tempat penyelenggaraan     : Kelas
J.Waktu/Tanggal/Smstr/Tahun: 28/ 2 / 2009
K. Penyelenggaraan layanan   : Guru BP/BK
L. Pihak-pihak yang di sertakan dalam penyelenggaraan layanan dan peranannya masing –mmasing :                    -             guru BP/BK
                                                -  Psikologi
M. Alat-alat dan perlengkapan yang di gunakan : Modu BP/BK Kelas X
N. Renacana penilain dan tidak lanjut pelyanan : setealh siswa melakukan Psikotes.



                                                        Cirebon 28 / 02 / 2009

                                                              Drs.H.Nasir, M.Pd



Yayasan Pendidikan Islam Putera Bangsa
SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON
Tahun Ajaran 2008 – 2009
__________________________________________________________________
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

1. Bentuk layanan                   : Bimbingan/konseling kelompok
2. Penyelenggara                     : Konselor
3. Sasaran                                : Berapa siswa ( 7 )
                                                 1. Dian F          ( Kls XI )
                                                 2. Indra            ( Kls XI )
                                                 3. Ismi              ( Kls XI )
                                                 4. M.Faizal      ( Kls XI )
                                                 5. Nur Azizah  (Kls XI )
                                                 6. Risma          ( Kls XI )
                                                 7. Vira             ( Kls XI )

4.Pertemuan                : ke      I
5. Lingkungan pembicaraan :
         Sifat topik                      : tidak bebas
         Topik yang muncul      : psikotes
6. Isi bahasan                 : - apa arti dari psikotes
                                          - apa yang di ukur dalam psikotes
                                          - untuk apa di adakannya spikotes
7. lain – lain                     :
                                          

                                                
                                                        Cirebon 28 / 02 / 2009

                                                              Drs.H.Nasir, M.Pd


G. BEBERAPA HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH KONSELOR SEKOLAH BERKENAAN DENGAN PENYELENGGARAAN BK DI SEKOLAH DIANTARANYA :
Satu kali penyelenggaraan salah satu layanan konseling ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran, contohnya : Seorang konselor sekolah meyelenggarakan layanan konseling perorangan dengan salah satu siswa yang diselenggarakan diluar maupun didalam jam sekolah nilainya sama dengan 2 jam pelajaran walaupun didalam penyelenggaraan konseling perorangan tersebut hingga 3 jam nyata;
1. Konselor sekolah menyelenggarakan satu kali bimbingan kelompok terhadap 10 orang siswa dinilai ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran;
2. Konselor sekolah menyelenggarakan layanan informasi dengan topik misalnya ”peningkatan motivasi belajar siswa” terhadap siswa kelas XI. ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.
3.  Pengadministrasian AUM umum atau PTSDL atau sosiometri kepada siswa kelas X dinilai ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.
Dengan syarat pemberian layanan dilengkapi dengan Satuan Layanan (SATLAN) atau SATKUNG ) dan Penilaian Segera (Laiseg) (harus tertulis).
§   Dengan katalain 2 jam pelajaran yang dimaksud bukan berarti 2 jam pelajaran melakukan pelayanan. Melainkan satu kali pelayanan ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.
§   Kesalah pahaman yang muncul misalnya untuk mendapat 24 jam pembelajaran Konselor sekolah harus masuk kelas sebanyak 24 kali dalam satu minggu karena biasanya waktu yang disediakan sekolah hanya 1 jam pelajaran tiap kelas satu minggu, hal itu dianggap tidak mungkin jika dihubungkan dengan 150 orang siswa asuh. 150 orang siswa asuh biasanya 4 kelas; artinya kalu masuk keempat kelas tersebut konselor Cuma memiliki 4 jam pembelajaran satu minggu; untuk mencukupi itu harus masuk 6 kali tiap kelas dalam satu minggu dan itu dipandang tidak mungkin; sehingga muncul pertanyaan kalau 150 orang 18 jam pembelajaran berapa orang siswa untuk 24 jam pembelajaran??.
§   Sekali lagi ditegaskan bahwa satu kali layanan ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran dan konselor sekolah dapat menyelenggarakan Kegiatan pelayanan konseling di dalam atau di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah. Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran maksimum 50 %.
§   150 orang siswa adalah lahan yang bisa digarap konselor sekolah untuk penyelenggaraan pelayanan konseling: artinya untuk mendapatkan 24 jam pembelajaran sangat mudah: misalnya dengan melakukan konseling perorangan kepada 12 orang siswa dalam waktu satu minggu artinya hal tersebut sudah bernilai 24 jam pembelajaran. Atau dengan menyelenggarakan 12 kali bimbingan kelompok juga bernilai 24 jam pembelajaran. Sekali lagi ditegaskan harus dilengkapi Dengan syarat pemberian layanan dilengkapi dengan Satuan Layanan (SATLAN) atau SATKUNG ) dan Penilaian Segera (Laiseg) (harus tertulis).







KESIMPULAN

Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual dan atau kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik.
Konseling merupakan jantung hati pelaksanaan bimbingan di sekolah. Dikatakan sebagai jantung hati program bimbingan karena konseling ini dilakukan setelah proses bimbingan diberikan kepada siswa. Konseling ini diberikan kepada siswa apabila permasalahan yang dihadapi oleh siswa sudah memunculkan perubahan perilaku yang negatif atau Konseli mengalami gangguan emosi ringan.
Konseling merupakan suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor profesional kepada Konseli untuk membantu memecahkan masalah Konseli, dimana keputusan berada di tangan Konseli. Menilik definisi tersebut, tampak bahwa konseling bukan kegiatan yang bisa dilakukanoleh semua orang.
Konseling hanya dapat dilakukan oleh konselor yang profesional, yaitu mereka yang telah menempuh jenjang pendidikan tertentu
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Sistem Pendidikan Nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggungjawab. Sesuai dengan amanat yang tercantum dalam UU sisdiknas tersebut



DAFTAR PUSTAKA

  - Yayasan Pendidikan Islam Putera Bangsa SMA ISLAM AL AZHAR 5 CIREBON Tahun Ajaran 2008 – 2009
-                Arsitun. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berbasik Kompetensi. Makalah disampaikan pada In Service Training Persiapan Implementasi KBK Bimbingan Konseling SMU dan Pembekalan di LPMP Jawa Timur. Surabaya: Depdiknas.
-   Arsitun. 2004. Pengembangan Bimbingan dan Konseling Standard dan  Analisis Kompetensi Siswa dalam BK. Makalah disampaikan pada In Service Training Persiapan Implementasi KBK Bimbingan Konseling SMU dan Pembekalan di LPMP Jawa Timur. Surabaya: Depdiknas.
-   Loekmono, Lobby, JT. 1991. Tantangan Konseling. Semarang: Penerbit Satya Wacana.
 - Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: konsep, karakteristik dan implementasi. Bandung: Rosdakarya.
- Munandir. 1993. Masalah Mutu Pnedidikan dan Peranan Pendidikan dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Malang tanggal 18 Oktober 1993. Malang: IKIP Malang.
- Nurihsan, Juntika. 2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.
 - Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
- Yusuf, Syamsu. 2003. Konseling Keterampilan Hidup (lifeskills counseling). Makalah disampaikan dalam Konvensi Nasional XIII Bimbingan dan Konseling di Bandung tanggal 10-13 Desember 2003. 


 

beri komen di sini yac,,,,thx....di tungguu,,






1 komentar: