Kamis, 04 Maret 2010

ini Proposal penelitian ku,,,





 
PENERAPAN STRATEGI TANDUR (TUMBUHKAN, ALAMI, NAMAI, DEMONSTRASIKAN, ULANGI, dan RAYAKAN) BERVISI SETS             
(SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY)  
UNTUK MENINGKATKAN HASIL  BELAJAR SISWA
PADA SUB POKOK BAHASAN EKOSISTEM 
DI SMA NEGERI 5 KOTA CIREBON


PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Pembuatan Skripsi Jenjang Sarjana
( SI ) Pada Program Studi IPA Biologi


                                                        Di Susun oleh :

                                                          C A S I N I
                                                            06460878

TARBIYAH / IPA BIOLOGI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CIREBON ( IAIN )
SYEKH NURJATI
CIREBON
2010





BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar belakang masalah
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, oleh karena itu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Bahkan maju mundurnya suatu masyarakat atau bangsa ditentukan oleh maju dunia pendidikan. Dalam setiap proses pendidikan, peserta didik merupakan komponen yang mempunyai kedudukan yang paling sentral, dan tidak mungkin suatu proses pendidikan dapat berlangsung tanpa adanya kehadiran peserta didik.
Pendidikan merupakan usaha yang di lakukan orang dewasa dalam situasi pergaulan dengan anak – anak melalui proses perubahan yang di alami oleh anak – anak dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan, perubahan itu meliputi perubahan pemikiran, perasaan dan ketrampilan. ( Taqiyuddin, 2008:45 )
Masalah pendidikan adalah masalah yang selalu berpusat pada manusia. Tujuan pendidikan terarah kepada manusia dan oleh karena itu tergantung pada aspirasi masyarakat, bangsa dan Negara. Sebagai suatu bangsa dan Negara Indonesia mempunyai tujuan pendidikan sendiri berdasarkan identitasnya sebagai bangsa yaitu pancasila. Misi pendidikan sebagaimana di nyatakan dalam Undang – undang 1945 ialah “ mencerdaskan kehidupan bangsa” ( Gulo, 2002 : 41 ).
Untuk mencapai tujuan pendidikan, pada setiap lembaga pendidikan tertentu di susun kurikulum yang berorentasi pada kemampuan yang berorentasi pada kemampuan yang di tuntut oleh tujuan instutisional. Perangkat kemampuan itu di jabarkan dalam sejumlah mata pelajaran yang di kelompok-kelompokan menurut kemampuan yang di dukungnya. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah terhenti. Reformasi pendidikan yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkunganya dan dengan pemerintah. Pola pengembangan perencanaan serta pola pengembangan pemberdayaan guru.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).Rencana pengajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu dalam kegiatan pembelajaran perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang di anut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan efesien. ( Majid, 2008:18 ).
Dari uraian di atas, pengembangan program di lakukan berdasarkan pendekatan kompetensi. Penggunaan pendekatan ini menunjukan desain program dapat di laksanakan secara efektif dan tepat. Hasil-hasil pembelajaran di nilai dan di jadikan umpan balik untuk mengadakan perubahan terhadap tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran.
Untuk mencapai pembelajaran yang memuaskan terutama dalam pembelajaran IPA Biologi. Tentu harus ada model atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Usaha untuk melakukan perbaikan terhadap hasil belajar siswa, dapat di terapkan pendekatan yang sesuai dengan topiknya. Pendekatan tertentu itu merupakan titik tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam program belajar mengajar.
Hasil diskusi dengan guru terungkap bahwa guru lebih banyak menerapkan metode ceramah dan latihan soal dalam proses pembelajaran karena guru mengalami kesulitan merancang strategi pembelajaran yang menarik, inovatif, dan lebih mengaktifkan siswa.
Selain itu untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap lingkungan dan masyarakat perlu di lakukan suatu strategi belajar yang efektif yaitu dalam hal ini menggunakan strategi TANDUR yang bervisi pendekatan pembelajaran SETS. Konsep – konsep yang dapat di kaitkan pada pendekatan pembelajaran SETS salah satunya mengenai Ekosistem . Di mana konsep tersebut biasa di dapatkan siswa melalui kehidupan sehari – harinya. Dengan demikian siswa akan lebih memahaminya terhadap materi yang di berikan.
Melalui strategi TANDUR yang bervisi pendekatan SETS peserta didik akan dapat dengan segera mengetahui cakupan pendidikan SETS itu sendiri. Tujuan dari di terapkanya pendidikan SETS Juga di tujukan untuk membantu peserta didik mengetahui Sains, perkembangannya dan bagaimana Sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.
Ketika kurikulum 1994 dilaksanakan, bahasan Ekosistem mungkin belum begitu terasa manfaat dan aplikasinya bagi siswa. Cakupan materi yang masih bersifat teoritis dan penyampaian materi yang mengejar target membuat guru agak mengabaikan metode pengajaran yang sebenarnya berpengaruh pada siswa.
Salah satu pilihan dalam pembelajaran sains adalah Pendekatan SETS. Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology and Society) memberi penekanan pada konservasi nilai positif pendidikan, budaya dan agama, sementara tetap maju dalam bidang sains, teknologi dan ekonomi (Binadja, 1999). Pembelajaran dalam pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan kejadian nyata yang dijumpai siswa dalam kehidupannya (bersifat kontekstual) dan terintegrasi dalam empat komponen SETS.           
  B. Rumusan masalah
1. identifikasi masalah
   a. wilayah penelitian :
           Wilayah penelitian yang di gunakan adalah penerapan strategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS pada materi biologi di kelas X di SMAN 5 Kota Cirebon ?
   b. Pendekatan penelitian
               Pendekatan penelitian yang di gunakan adalah pendekatan teoritik dan empirik. Pendekatan teoritik melalui study pustaka dan pendekatan empirik dengan observasi ( study lapangan ).
   c. Jenis masalah
Jenis masalah ini adalah mengkaji tentang penerapan strategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS pada pokok bahasan Ekosistem terhadap hasil belajar siswa di SMAN 5 Kota Cirebon
2. Pembatasan masalah
a.       Penerapan strategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS
b.      Pokok bahasan biologi dalam penelitian ini yaitu Ekosistem pada Semester II kelas X.
c.       Hasil belajar yang di ukur yaitu dari afektif ( sikap ) , kognitif ( pretest dan postest ), psikomotor ( observasi  ).
3. Pertanyaan penelitian
a.       Bagaimana penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?
b.      Bagaimanakah respon siswa dengan penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?
c.       Seberapa besar hasil belajar siswa yang menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS dengan yang tidak menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?
C. Tujuan penelitian
        Tujuan di lakukanya penelitian ini di antaranya yaitu :
a.       Untuk mengkaji penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?
b.      Untuk mengkaji sikap siswa dengan penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?
c.       Untuk mengakaji seberapa besar hasil belajar siswa yang menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS dengan yang tidak menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di SMAN 5 Kota Cirebon ?

D. Manfaat penelitian
Manfaat dengan dilakukannya penelitian ini di antaranya :
  1. Untuk siswa
Penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di harapkan merupakan suatu pendekatan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
  1. Untuk Guru
Penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di harapkan merupakan suatu pendekatan yang dapat membantu guru dalam meningkatkan pengajaran terhadap peserta didiknya.
  1. Untuk lembaga
Penerapan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS di harapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada lembaga sebagai sumbangan yang efektif.
E.           Kerangka pemikiran
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang di anutnya. Sebagai suatu rencana pengajaran, kurikulum berisi tujuan yang ingin di capai, bahan yang akan di sajikan, kegiatan pengajaran dan jadwal waktu pengajaran. Sebagai suatu sistem, kurikulum merupakan bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah.                          ( Nana, 2002 : 7 ).
Pada saat ini kurikulum yang di gunakan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  ( KTSP ) maka implementasi pembelajaran pun di sesuaikan dengan kurikulum yang di terapkan. Pembelajaran yang berbasis KTSP yaitu suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai interaksi dengan lingkungannya. ( Mulyasa, 2007 : 246 ).
Guru mempunyai peranan amat penting dalam proses belajar mengajar dalam  upaya pendidikan. Bimbingan guru merupakan bagian terpadu dari keseluruhan upaya pendidikan yang dilakukan agar anak dapat mencapai hasil kegiatan yang optimal. Hal ini dapat diupayakan melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, kinerja profesionalisme guru, tentunya diiringi dengan kesejahteraan bagi guru dan pemberian penghargaan. Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu berlangsung terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Tetapi pada akhirnya tidak terlepas pada kompetensi yang dimiliki setiap guru dalam proses pembelajaran.
Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang terjadi pada dirinya atau diri individu. ( Dahar , 1989 : 11 ). Perubahan tingkah laku tersebut merupakan pengalaman- pengalaman baru. Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman- pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa kecakapan.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang akan di ajarkan yang melibatkan siswa baik secara fisik, emosional, intelektual, sesuai tingkat perkembangan siswa. Tidak tepatnya suatu pendekatan, baru akan terbukti dari hasil belajar siswa dengan demikian yang dapat di ketahui adalah hasilnya.
Suatu pendekatan pembelajaran yang akan menghubungkan dalam proses belajar mengajar untuk dapat mengkomunikasikan antara kompetensi siswa dengan konsep yang tersusu dalam kurikulum yaitu strategi TANDUR  bervisi pembelajaran SETS .
Secara mendasar dapat di katakan bahwa melalui strategi TANDUR bervisi SETS ini di harapakan agar peserta didik akan memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat dari unsur SETS.
   Upaya untuk mengaitkan pengetahuan yang sudah di miliki oleh peserta didik Strategi TANDUR bervisi SETS ini bisa di kaitkan dengan mata pelajaran Ekosistem. Pada proses pembelajaran, guru dapat mengangkat isu yang berkembang di masyarakat mengenai Ekosistem. Siswa akan dituntut berpikir aktif dan kreatif. Pemikiran yang kreatif mendorong siswa menguasai pengetahuan, manfaat dan efek sampingnya. Secara utuh, pendidikan Sains di tujukan untuk membantu peserta didik mengetahui Sains, perkembanganya dan bagaimana perkembangan Sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbale balik. ( Binadja, 2001 : 3 )
Sumber belajar pada pembelajaran Ekosistem pada manusia. tidak hanya berasal dari guru tetapi juga berasal dari lingkungan dan masyarakat, misalnya dari media massa, media elektronik, buku-buku pengetahuan umum serta lingkungan sekitar. Hal ini diperlukan mengingat teknologi informasi berkembang sedemikian cepat dalam menyajikan berbagai macam informasi terkini yang perlu selalu diikuti perkembangannya baik oleh guru maupun siswa.
Dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi lebih menarik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai.
Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat di tentukan oleh pengalaman belajar yang di alami oleh siswa tersebut yang berupa penguasaan materi ( pengetahuan ).
Untuk lebih mempermudah kerangka pemikiran tersebut penulis gambarkan dalam bentuk bagan kerangka pemikiran sebagai berikut.
 














Bagan 1. Kerangka pemikiran

  F. Hipotesis                               
Ha :  Terdapat peningkatan hasil belajar yang menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS dalam pembelajaran biologi pokok bahasan ekosistem di SMAN 5 Kota Cirebon.




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  A. Pengertian strategi TANDUR
Strategi TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan ) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam model pembelajaran quantum . Quantum teaching menguraikan cara – cara baru yang memudahkan proses belajar lewat perpaduan unsur seni dan pencapaian yang terarah, apaun mata pelajaran yang di ajarkan. Dengan menggunakan metode Quantum teaching dapat menggabungkan keistimewaan – keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa           ( DePorter, 2003: 3 ) 
Strategi TANDUR dirancang untuk meningkatkan aktivitas siswa dengan pemberian pengalaman belajar melalui pengamatan, penyelidikan, maupun diskusi atas pemasalahan yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar tersebut dikemas dalam skenario pembelajaran yang menyenangkan. TANDUR adalah kependekan dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan yang merupakan kerangka rancangan pembelajaran quantum learning (DePorter, 2003 : 88 - 93 ). Penjelasan dari masing-masing tahap dalam TANDUR adalah sebagai berikut:
a. Tumbuhkan
Tumbuhkan, merupakan tahap penumbuhan minat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Melalui tahap ini guru berusaha mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Motivasi yang kuat membuat siswa lebih tertarik untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran. Tahap tumbuhkan bisa dilakukan dengan menggali permasalahan yang terkait dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan suatu gambar atau benda nyata, cerita pendek atau video.
Dari tumbuhkan ini bisa di buat tuntunan pertanyaan seperti : Hal apa yang mereka pahami ? Apa yang mereka setujui ? Apa manfaatnya bagi mereka ? Pada apa mereka berkomitmen ?
b. Alami
Alami merupakan tahap saat guru menghadirkan suatu pengalaman yang dapat dimengerti oleh semua siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Tahap ini memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Tahap alami bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan atau praktikum. Pengalaman membuat guru dapat mengajar lewat pintu belakang untuk memanfaatkan pengetahuan dan keinginan mereka.
c. Namai
Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, atau rumus atas pengalaman yang telah diperoleh siswa. Dalam tahap ini, siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman yang telah dilewati. Tahap penamaan memacu struktur kognitif siswa untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan apa yang dialaminya. Proses penamaan dibangun dengan pengetahuan awal dan keingintahuan siswa saat itu. Tahap ini merupakan saat untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadikan sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan gambar, alat bantu, kertas tulis dan poster dinding. Prinsip yang sama membuat kita mengajarkan kembali informasi kepada siswa kita. Mereka mendapat informasi, tetapi harus mendapatkan pengalaman untuk benar – benar membuat pengetahuan tersebut berarti.
d. Demonstrasikan
Tahap ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka ketahui. Demonstrasi bisa dilakukan dengan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan. Siswa beri kesempatan untuk membuat kaitan, berlatih, dan menunjukan apa yang mereka ketahui. Memberi siswa untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran yang lain, dan ke dalam kehidupan mereka.
e. Ulangi
Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga menguatkan struktur kognitif siswa. Semakin sering dilakukan pengulangan, maka pengetahuan akan semakin mendalam. Pengulangan dapat dilakukan dengan menegaskan kembali pokok materi pelajaran, memberi kesempatan siswa untuk mengulangi pelajaran dengan teman atau melalui latihan soal.
f. Rayakan
Perayaan merupakan wujud pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan dapat dilakukan dengan memberikan pujian, tepuk tangan, bernyanyi bersama atau yang lainnya.
Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahwa dalam pembelajaran biologi, penerapan strategi TANDUR memerlukan kesediaan guru atau pendidik biologi untuk mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Hal-hal yang bernuansa biologi tersebut dapat berupa penyakit, peristiwa alam, informasi baru dan aktual yang terkait dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Permasalah atau fakta yang diajukan menjadi bahan untuk penyelidikan atau diskusi siswa.
Penerapan strategi TANDUR dalam pembelajaran biologi perlu memperhatikan karakteristik pelajaran biologi. Biologi selain memiliki produk-produk dalam bentuk fakta, konsep dan teori juga mengembangkan proses-proses ilmiah. Tahap tumbuhkan, bisa dilakukan dengan menghadirkan fakta atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar siswa. Pengalaman belajar bisa diberikan dengan pengamatan, penyelidikan, eksperimen ataupun kajian pustaka. Demikian halnya dengan bernyanyi bersama, sebagai contoh  kegiatan perayaan, akan lebih tepat bila nyanyian tersebut masih terkait materi pelajaran biologi yang diajarkan, sehingga selain menyenangkan juga terdapat materi yang bisa dipelajari siswa.
Secara garis besar tindakan yang dilakukan dalam setiap rencana pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.       Guru mengawali pembelajaran dengan menghadirkan permasalahan atau fakta yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa untuk menumbuhkan motivasi siswa.
b.      Berdasarkan permasalahan yang dimunculkan, siswa melakukan penyelidikan, eksperimen ataupun kajian pustaka dengan panduan LKS yang telah dibuat.
c.       Siswa mencoba menginterpretasi hasil penyelidikannya.
d.      Pengetahuan yang telah diperoleh, didemonstrasikan oleh siswa dengan mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas.
e.       Guru meluruskan dan menguatkan konsep yang dipahami siswa dengan tanya jawab atau menggunakan bagan dan torso alat ekskresi.

B. Pengertian pendekatan SETS
Kata SETS (Science Environment Technology and Society) dapat dimaknakan sebagai sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Pendidikan SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar kehidupan sehari-hari peserta didik atau konsep-konsep rumit sains maupun non sains.Dalam konteks pendidikan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan Sains ( S-Pertama ) ke bentuk teknologi ( T ) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat ( S-Kedua ) di perlukan pemikiran tentang berbagi implikasinya pada lingkungan ( E ) secara fisik maupun mental. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendidikan SETS yang realif memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau system kehidupan          ( manusia ) yang memuat juga unsur – unsur SETS selain lingkungan ( E ). Hal ini perlu di tekankan karena ulah manusianya yang memerlukan pendidikan ini untuk di perkenankan. ( Binadja, 2001 : 2 )
Di samping itu di harapkan agar melalui gamabaran pendidikan SETS peserta didik akan membaca akan dapat dengan segera menetahui cakupan pendidikan itu sendiri. Pendidikan SETS di usulkan agar peserta didik dapat mengetahui tiap – tiap unsur SETS dan juga mengerti tentang antar hubungan elemen – elemen ( unsur – unsur ) SETS. Selain itu SETS akan membimbing peserta didik agar berpikir secara global/keseluruhan dan bertindak memecahkan masalah local lingkungan, baik lingkungan local maupun hubungan lingkungan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan berperan serta  dalam pemecahan masalah internasional sesuai kapasitasnya ( Binadja, 1999 : 2 )
Pendekatan SETS sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik untuk memahami hakikat pendidikan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (SETS) secara utuh. Hal ini ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Menurut Binadja 2001: 1) secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan SETS diharapkan siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga memperoleh pemahaman yang mendalam tentang pengetahuan yang dimiliki.    
1.      Tujuan pendekatan SETS
Dari keterangan – keterangan sebelumnya di harapkan bahwa program SETS sekurang – kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik memahami hakikat pendidikan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat ( SETS ). Secara utuh, pendidikan Sains di tujukan untuk membantu peserta didik mengetahui Sains, perkembanganya dan bagaimana perkembangan Sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbale balik. ( Binadja, 2001 : 3 )
Fokus pengajaran SETS haruslah mengenai bagaimana cara membuat peserta didik agar dapat melakukan penelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan Sains, lingkungan, Teknologi, dan masyarakat yang saling berkaitan. Meminta peserta didik melakukan penyelidikan, berarti memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan masalah – masalah yang di perkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya. Pengajaran SETS tampaknya bukanlah suatu tugas yang ringan bagi guru, tetapi pengajaran ini sangat berguna dan patut di beri perhatian. ( Binadja, 2001 : 4 )
Tujuan utama pendidikan SETS ialah bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia. Di mana ada persamaan hak bagi seluruh manusia di dunia tanpa membedakan ras dan kekayaan. SETS sesungguhnya harus dapat menolong setiap Negara untuk mencapai kemakmuran bagi seluruh warga negaranya. Tujuan yang ideal ini mungkin sulit di capai tetapi kemungkinanya tetap ada. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua manusia mengharapkan kemakmuran untuk kepuasan pribadi. Inilah untuk mencapai kepuasan, dengan mengikuti norma – norma masyarakat.
Dalam memberikan pengantar Pendidikan SETS kepada peserta didik, setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang dengan kondisi yang ada untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama dengan temannya dalam proses Pendidikan SETS. Hal ini mengandung arti murid yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat. Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS.
Pendidikan SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi. ( Pristiadi, 2010 )
2.   Cakupan pendidikan SETS
Pendidikan SETS akan mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan hal – hal yang berkenaan dengan masyarakat. Inti tujuan SETS adalah agar pendidikan ini dapat membuat pelajar/siswa mengerti unsur-unsur utama SETS serta keterkaitan antar unsure tersebut pada saat mempelajari sains. Dengan kata lain di perlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap elemen SETS dengan memperhatikan berbagai keterhubungan anatara unsur-unsur SETS tersebut. (Binadja, 2001: 13).
Pendidikan SETS bukan suatu hal yang mengada – ngada. SETS membahas tentang hal – hal nyata yang dapat di pahami, dapat di lihat dan di bahas. Apabila kita membicarakan unsur – unsure SETS secara terpisah ini berarti bahwa kita sedang memberi perhatian khusus pada unsure SETS tersebut. Selanjutnya dari unsur ini kita mencoba menghubungkan keberadaan konsep sains dalam semua unsur SETS agar kita bisa mendapatkan gambaran umum dari peran konsep tersebut dalam unsur – unsur SETS yang lainnya itu. Apabila kita dapat melihat semua unsur itu dari luar, maka kita akan menyadari betapa pentingnya menggabungkan pecahan unsur – unsur tersebut untuk mendapatkan konsep total tentang SETS. .(Binadja, 2001: 14).
Untuk siswa hal yang perlu di ajarkan adalah : .(Binadja, 2001: 15).
  1. Menghubungkan konsep Sains yang di pelajari dengan unsure lain dalam SETS.
  2. Penekanan hendaknya di berikan pada nilai pendidikan SETS
  3. Penerapan konsep sains pada bidang teknologi dengan mengikuti urutan SETS.
  4. Materi pengajaran yang relevan untuk STS atau untuk serta pendidikan lingkungan dapat diadopsi akan tetapi dengan penyesuain seperlunya sehingga memenuhi harapan pendidikan SETS.
Dalam sistem pengenalan konsep – konsep SETS yang perlu di perkenalkan di harapkan memperhatikan sejumlah hal berikut :
a.       Subjek sains yang ada dalam kurikulum yang di perkenalkan dalam system pendidikan yang ada dengan mempertimbangkan perlunya mengaitkan konsep yang ada ke dalam  unsure SETS yang lain.
b.      Material yang dapat menyentuh minat dalam pengembangan karier di bidang sains.
c.       Berbagai contoh konsep dengan penerapannya dalam bentuk teknologi serta berbagai dampaknya, positif atau negative terhadap lingkungan maupun masyarakat, serta pada bidang teknologi itu sendiri.
d.      Penyajian materialnya hendaknya mengikuti urutan dari prasyarat ke yang utama. Material STS serta pendidikan lingkungan dapat di perkenalkan asalkan topik yang di ajarkan itu relevan dengan topik SETS yang di perkenalkan.
Sedangkan untuk siswa non Sains, yang belum di perkenalkan SETS yang perlu di pelajari oleh para siswa hendaknya memperhatikan hal – hal berikut :
1.            Sebaiknya di perkenalkan subjek sains yang telah ada di dalam kurikulum kepada peserta didik non sains yang di perkenalkan tersebut dengan unsur lingkungan, teknologi dan masyarakat.
2.            Di berikan mata pelajaran yang dapat menyentuh rasa kepedulian tentang keberadaab sains.
3.            penyajian materialnya hendaknya memgikuti urutan dari prasyarat ke yang utama.
4.            Bila SETS di perkenalkan melalui subjek yang berbeda, hendaknya peserta didik dapat segera mengetahui apa yang sedang di perkenalkan melalui materi pengajaran yang relevan.
3. Ciri – ciri pendekatan SETS
1)      Tetap memberi pengajaran sains
2)      Murid di bawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.
3)      Murid di minta untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses penstranferan sains tersebut ke bentuk teknologi.
4)      Murid di minta untuk menjelaskan keterkaitan antar unsur sains yang di bincangakan dengan unsur – unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsure tersebut.
5)      murid di bawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari pada menggunakan konsep sains tersebut bila di ubah dalam bentuk teknologi berkenaan.
6)      Dalam konteks konstruktivisme, murid dapat di ajak berbincang tentang SETS dasar yang di miliki siswa bersangkutan dan berbagai macam arah dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan.
4. Pendekatan SETS yang berhubungan dengan topik – topik sains
Untuk memiliki kemampuan menghubungkan antara topik sains dapat di kaitkan dengan SETS, sebenarnya di perlukan kepekaan seorang guru sains. Setiap kali kita perlu menanyakanya pada diri kita sendiri sejumlah pertanyaan berikut : .(Binadja, 2001: 25).
  1. Apa kegunaan konsep ini untuk masyarakat ?
  2. Apakah akibat pengembangan konsep sains tersebut kepada teknologi ?
  3. Teknologi apa yang di buat dengan konsep sains tertentu ?
  4. Bagaimanakah kesan masyarakat terhadap teknologi yang di kembangkan tersebut ?
  5. Bagaimanakah lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan teknologi dan sains?
  6. Bagaimanakah bentuk pengaruh tersebut terhadap perkembangan sains dan teknologi.
  7. Bagaimanakah masyarakat secara langsung mempengaruhi perkembangan sain dan teknologi.

  C. Defenisi Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara-cara membawakan pembelajaran yang merupakan pola dan urutan perbuatan guru-murid yang tersusun dalam suatu rangkaian bertahap agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat tercapai secara efektif              (Gulo, 2002 : 46 ).
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis – garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah di temukan. Dalam pengertian lain strategi belajar mengajar adalah tindakan nyata dari guru atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang di nilai lebih efektif dan lebih efesien ( Nana, 2002 : 147 ). Dan Otiyanah ( 2009 ) dalam Trianto mendefenisikan strategi belajar sebagai tindakan khusus yang di lakukan oleh seseorang untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih memahami secara langsung, lebih efektif dan lebih mudah ditranfer ke dalam situasi yang baru.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian strategi belajar, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi belajar mengajar adalah suatu upaya atau rencana yang di tempuh oleh guru dan siswa dalam menciptakan suasana belajar yang memungkinkan untuk melaksanakn kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan tertentu.
Untuk mengajarkan startegi belajar kepada siswa terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan, yaitu :
1.      Memberitahukan siswa bahwa mereka akan di ajak ke suatu strategi pembelajaran, agar perhatian terfokus.
2.      Menunjukan hubungan positif penggunaan strategi belajar terhadap prestasi belajar dan memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra untuk membuahkan prestasi yang tinggi.
3.      Menjelelaskan dan memperagakan strategi yang di ajarkan.
4.      Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar di gunakan.
5.      Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar
6.      Memberikan umpan balik saat menguji materi dengan strategi belajar tertentu, dan.
7.      Mengevaluasi penggunaan strategi belajar, dan mendorong siswa  untuk melakukan evaluasi mandiri (Otiyanah, 2009 : 12) dalam                             ( Triyanto, 2007 : 87-88 )

D. Pengertian Belajar dan hasil Belajar
Belajar adalah seperangakat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegaiatan yang rumit. ( Gulo, 2002 : 73 ). Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar, meraba, dengan alat – alat indera manusia. Kegiatan ini di lakukan untuk melakukan kontak dengan stimulus atau bahan yang di pelajari. Akan tetapi, kegiatan belajar tidak terhenti sampai di sini. Proses melihat tidak terhenti pada telinga, tetapi di terusakan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan.
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata , proses situ terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses terjadi secara internal di dalam diri indvidu dalam mengusahakan memperoleh hubungan- hubungan baru. Agar belajar dapat diperoleh hasil yang baik, siswa harus mau belajar sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu belajar dengan baik dan teratur secara sendiri- sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri.
Belajar mengajar suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperabgkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, anatara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi.                      ( Djamarah, 1997 : 10 )
Belajar dengan baik dapat diciptakan , apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa, Sehingga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan tugas siswa mengorganisir terletak pada si pendidik, oleh sebab itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam menggunakan alat pelajaran yang ada. Belajar merupakan aktivitas atau usaha perubahan tingkah laku yang terjadi pada dirinya atau diri individu.
Perubahan tingkah laku tersebut merupakan pengalaman- pengalaman baru. ( Dahar, 1989 : 11 ).Dengan belajar individu mendapatkan pengalaman- pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.
1 . Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Telah dikatakan dimuka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat dicapai atau dengan kata lain dapat berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung pada macam- macam faktor. Adapun faktor- faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan  ( Ngalim, 1992 : 102 ) yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas balajar individu memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang- kadang juga tidakllancar., kadangmudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit mencerna materi pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/ siswa dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.


2 . Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa dapat di ketahui melalui evaluasi. Evaluasi berasal dari kata evaluation dalam bahasa inggris dan di serap ke dalam bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuain lafal Indonesia “ evaluasi “ yang berarti kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut di gunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan                    ( Suharsimi , 1993 ).
Menurut Suharsimi Arikunto ( 1992 : 21 ) membedakan factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua jenis yaitu : factor dari dalam diri manusia itu sendiri ( factor internal ) dan factor yang berasal dari luar diri manusia ( factor eksternal ). Faktor internal meliputi factor biologis ( usia, kesehatan ) dan factor psikologis ( motivasi, minat dan kebiasaan belajar ). Sedangkan factor eksternal terdiri atas factor manusia ( keluarga, sekolah dan masyarakat ) dan faktor non manusia ( udara, suara, dan sebagainya ).
Di muka telah di katakan bahwa belajar merupakan suatu proses dan sudah barang tentu harus ada yang di proses ( masukan atau input ). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan analisis sistem ini sekaligus kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem kegitan belajar dapat di gambarkan sebagai berikut :


 







Bagan 2. kegitan belajar

Di samping itu, masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar ( Ngalim, 2004 : 107 ) pada setiap orang dapat  di ikhtisar sebagai berikut :
                                                                          Alam
                                                                           
                                     Lingkungan                  sosial
                        Luar                                               kurikulum /  bahan pelajaran
                                      Instrumen                        guru / pengajar
Faktor                                                                    sarana dan fasilitas
                                                                              Administrasi / manajemen
                                                      Fisiologi                        kondisi fisik
                          Dalam                                                      kondisi panca indera
                                                                                    Bakat
                                                    Psikologi                 minat
                                                                                     Kecerdasan
                                                                    Motivasi
                                                                    Kemampuan kognitif.

           Bagan  3. proses dan hasil belajar
Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Indra ( 2010 ) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.


2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Selain itu faktor yang mempengaruhi hasil belajar atas factor luar dan factor dalam. Factor luar terdiri atas lingkungan ( alam dan sosial ) dan instrumental ( kurikulum, program, sarana dan fasilitas serta guru ). Adapun faktor dalam terdiri atas fisiologi ( kondisi fisiologi umum dan kondisi panca indera ) dan psikologi ( minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif ). ( Sumadi, 1989 : 7 ).



E. Konsep Ekosistem
Organisme hidup di dalam sebuah sistem yang di topang oleh berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling berpengaruh, baik secara langsung  atau tidak langsung. Kehidupan semua jenis makhluk hidup yang saling mempengaruhi serta berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan yang di sebut ekosistem. Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi
                Ekologi berasal dari bahasa yunani, yang terdiri dari dua kata yaitu eikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi kita mempelajari makhluk hidup sebagai bagian kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. ( Pratiwi, 2007 : 268 )
                  Pembahasan ekologi tidak terlepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik adalah faktor lingkungan antara lain suhu, kelembabab, cahaya dan topografi. Faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
1. Komponen Ekosistem

  Berdasarkan sifatnya, ekosistem tersusun atas dua komponen utama yaitu :
 a. Faktor Biotik
     Faktor biotik adalah faktor yang meliputi semua makhluk hidup di bumi.
Dalam ekosistem tumbuhan berperan sebagai produsen; hewan berperan sebagai konsumen; dan mikroorganisme  berperan sebagai pengurai. Faktor biotik juga meliputi tingkatan organisasi dalam ekologi yang meliputi :  individu, populasi, komunitas, ekosistem dan biosfer.   
Individu merupakan organisme yang hidup berdiri secara fisiologis bersifat bebas atau tidak mempunyai hubungan organik  dengan sesamanya. jadi individu merupakan sebutan untuk satu makhluk hidup tunggal, misal sebatang padi, seekor harimau, dan lain – lain.
Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu. Contohnya; populasi  monyet di kebun binatang Surabaya, Jawa Timur pada bulan januari-maret 2008 sebanyak 30 ekor. Populasi dapat berubah setiap saat. Perubahan populasi dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Perubahan ukuran dalam populasi disebut dinamika populasi .
Komunitas merupakan kumpulan dari beberapa populasi yang berbeda dari hewan dan tumbuhan yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Ekosistem merupakan satu kesatuan makhluk hidup dengan lingkungannya atau merupakan hubungan timbal balik antara biotik dan abiotik yang saling mendukung kehidupan makhluk hidup tersebut di suatu wilayah, contoh ekosistem hutan gugur, ekosistem padang rumput.
Bioma, adalah salah satu komunitas utama dunia, diklasifikasikan berdasarkan vegetasi yang dominan dan ditandai oleh adaptasi organisme terhadap lingkungan tertentu tersebut. Bioma merupakan gabungan antara faktor biotik dan abiotik. Jadi bioma merupakan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Bioma secara garis besar terbagi berdasarkan letak geografis wilayah tersebut. 
b.      Faktor Abiotik

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi ekosistem. Misalnya:
      -  Air   
       Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji. Bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain misalnya transportasi, mandi, memasak, dan merupakan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan bebatuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.             
   -   Suhu
Suhu merupakan salah satu syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Missal : Pingguin hanya bisa hidup di kutub utara yang memilki suhu 00C sampai minus 150C.  
   -   Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara Global karena matahari menentukan suhu lingkungan. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.     
 
    -  Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi oranisme darat. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.           
    -  Angin
Angin selain berperan dalam menentukan kelembapan, juga berperan dalam penyebaran biji tumbuhan tertentu. Misal : angin membantu pemencaran biji tumbuhan paku-pakuan, membatu penyerbukan bunga rumput, dan lain – lain.      









 



                                                            Terdiri atas

Berdasarkan sifatnya                                                        Berdasarkan fungsinya
Faktor biotik
 
 



                                                                                    

           Perlu dilakukan


                                        Terjadi                                                        
                                                                                                            karena adanya


      Terlihat dalam                               antara lain
                                                                                                         Di atasi dengan 




Bagan 4 . Peta konsep ekosistem






BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Waktu dan tempat penlitian
1.      Tempat penelitian
   Penelitian ini di laksanakan di kelas X SMA Negeri 5 Cirebon.
2.      Waktu penelitian
Penelitian ini di laksanakan selama dua bulan. Waktu penelitian pada semester II Tahun ajaran 2009 / 2010 pada bulain April  sampai Juni 2010. penelitian ini di laksanakan pada saat proses belajar mengajar        ( KBM ) berlangsung yaitu pada saat mata pelajaran biologi di SMA Negeri 5 Cirebon.

B. Langkah – langkah penelitian
1.      Sumber  data
a.       Sumber data reoritis
Sumber data teoritis ini di peroleh dari buku – buku pustaka yang relevan sesuai dengan kajian penelitian yang penulis lakukan yaitu mengenai Strategi TANDUR dan Pendekatan SETS.
b.   Sumber data empirik
Data empirik ini di peroleh berdasarkan pengamatan dan penelitian langsung di SMA Negeri 5 Cirebon.
 2. Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi penelitian menurut Suharsimi (1998:115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1984:70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian. Menurut Margono          ( 1997 : 118 ) populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto ( 1997 : 108 ), bahwa yang di maksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dari kedua pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan populasi yaitu kumpulan semua hal yang ingin di ketahui dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X, kelas XI dan kelas XII SMA Negeri 5 Cirebon.
b.      Sampel
        Sampel penelitian menurut Suharsimi (1998:117) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan sampel random dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
Menurut Margono ( 1997 : 121 ). Yang di maksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi. Masalah sampel dalam suatu penelitian timbul di sebabkan hal berikut :
-          Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja dari populasi.
-          Penelitian bermaksud mengadakan genereralisasi dari hasil – hasil penelitianya, dalam arti mengenakan kesimpulan – kesimpulan objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 dan X2 SMA Negeri 5 Cirebon.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data dan informasi dari masalah yang diteliti, maka digunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi 
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara meakukan pengamatan langsung kelapangan. Observasi di gunakan untuk  penelitianta dari objek penelitian secara langsung.
Teknik observasi di lakukan dengan mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran yang di lakukan dengan mengunakan Stratrgi TANDUR bervisi pendekatan SETS.
Hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa, sehingga dengan observasi ini bisa langsung memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan objek yang diteliti, yakni observasi (pengamatan langsung) proses kegiatan belajar mengajar guru di kelas.
b. Angket
Angket adalah suatu teknik dalam penelitian dengan cara membagikan brosur pertanyaan yang tertulis (Winarno Surakhmad, 1978: 240).
Teknik ini dilakukan dengan cara membagikan pertanyaan tertulis kepada guru dan siswa, untuk menilai keadaan siswa yang diteliti.
Skala yang di gunakan adalah skala likret, dengan ketentuan skor jika jawaban SS ( Sangat setuju ) = 1, S ( Setuju ) = 2 , TS ( Tidak setuju ) = 3, dan STS ( Sangat tidak setuju ) = 5
c Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.                                    (Suharsimi Arikunto, 1998:127).
Teknik ini di gunakan untuk mengukur kemampuan dan pencapaian hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes objektif        ( pilihan ganda ) mata pelajaran biologi, dengan jumlah soal sebanyak 40 butir soal dan Esay 5 butir.
d. LKS
Lembar kegiatan siswa ( LKS ) adalah lembaran – lembaran berisi tugas yang harus di kerjakan peserta didik. Lembar kegiatan ini di buat guru untuk kegiatan siswa sesuai dengan langkah – langkah LKS. KLS ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar sehari – hari.
4. Desain  Penelitian
1.      Desain Penelitian

Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random pre test post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test kelompok eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3 kelompok kontrol, dan desain waktu. 
Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar (1999:327) membedakan desain penelitian eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test kelompok kontrol dan post tes kelompok kontrol.
Dalam penelitian eksperimen murni, desain penelitian yang populer digunakan adalah sebagai berikut:
a.            Control Group Post test only design atau post tes kelompok kontrol
Desain ini subjek ditempatkan secara random kedalam kelompok-kelompok dan diekspose sebagai variabel independen diberi post test. Nilai-nilai post test kemudian dibandingkan untuk menentukan keefektifan tretment.
Desain ini cocok untuk digunakan bila pre test tidak mungkin dilaksanakan atau pre tes mempunyai kemungkinan untuk berpengaruh pada perlakuan eksperimen. Desain ini akan lebih cocok dalam eksperimen yang berkaitan dengan pembentukan sikap karena dalam eksperimen demikian akan berpengaruh pada perlakuan.
b.            Pre test post test control group design atau pre tes post tes kelompok kontrol
Desain ini melibatkan dua kelompok subjek, satu diberi perlakuan eksperimental (kelompok eksperimen) dan yang lain tidak diberi apa-apa (kelompok kontrol). Dari desain ini efek dari suatu perlakuan terhadap variabel dependen akan di uji dengan cara membandingkan keadaan variabel dependen pada kelompok eksperimen setelah dikenai perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.
c.             Solomon four group design
Desain ini menuntut penempatan subjek secara random kedalam empat kelompok. Pada kelompok 1 dan 2 diberi pre tes dan post test dan hanya kelompok 1 dan 3 yang dikenai perlakuan eksperimen.Kelemahannya adalah memerlukan subjek dua kali lipat jumlah subjek untuk desain eksperimen.
Pada penelitian ini telah ditetapkan kelompok yang diteliti maka langkah selanjutnya adalah mengadakan perlakuan pada kelompok sampel. Pada proses pembelajaran kedua kelompok memperoleh perlakuan yang berbeda. Kelompok SETS memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SETS, sedangkan kelompok NONSETS memperoleh pembelajaran dengan pendekatan NONSETS. Oleh karena itu perubahan yang terjadi pada sampel setelah perlakuan disebabkan oleh perlakuan-perlakuan dalam proses pembelajaran tersebut. Pada akhir pembelajaran kedua kelompok melakukan tes hasil belajar yang digunakan untuk membandingkan kelompok mana yang memiliki hasil belajar yang lebih baik.
Dalam penelitian ini digunakan desain Pre Tes Post Test Control Group. Desain penelitian eksperimen  yang digunakan adalah sebagai berikut:


Kelompok
Pre-test
Perlakuan
Post-test
KE
K – 1
Strategi TANDUR bervisi SETS
K –2
KK
K – 1
Ceramah, diskusi informasi
K - 2

Bagan 5 .
Keterangan :
KE       : Kelompok Eksperimen
KK      : Kelompok Kontrol
K-1      : Pre Test
K-2      : Post Test












Alur penelitian
Bagan 6 . Alur penelitian
 
 























5. Teknik pengolaan data
  a. Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (2002: 144) menyatakan : Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat valid dari suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai   validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur  apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Adapun yang digunakan untuk menguji validitas tes adalah korelasi product moment. Suatu instrumen tes dikatakan valid jika koefisien korelasi antara skor tiap-tiap item lebih besar dari kooefisien korelasi tabel (rxy > rTabel­).

(Suharsimi Arikunto, 1992 : 69)
dimana :
rxy           = kooefisien korelasi
X            = nilai hasil ujian
Y            = Skor total seluruh responden
N            = Banyak siswa
Nilai hasil perhitungan dikonsultasikan ke tabel harga kritik product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya korelasi tersebut. Jika harga r hitung lebih kecil dari harga kritik tabel maka korelasi tidak signifikan. Jika harga r hitung lebih besar dari harga kritik tabel maka korelasi tersebut signifikan atau instrumen tersebut valid (Suharsimi Arikunto, 2002 : 72).
Koefesien Validitas dapat di kategorikan senagai berikut :
No
Nilai r
interpretasi
1
0,80 < r 1,00
Sangat tinggi
2
0,60 < r 0,80
Tinggi
3
0,40 < r 0,60
sedang
4
0,20 < r 0,40
rendah
5
0,00 < r 0,20
Sangat rendah
6
r 0,00
Tidak valid
Tabel 1
     ( Eman Suherman : 1998 : 144 )
2. Uji Reabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas soal objektif digunakan rumus :
r11 =
Keterangan :
r11             : Reabilitas secara keseluruhan.
p                : Proporsi subjek menjawab item dengan  benar
q                : Proporsi subjek menjawab item dengan  salah ( q = p - 1)
pq          : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
n                : jumlah item
s                 : Standar deviasi dari tes/ akar dari varian
(Suharsimi Arikunto, 1995 : 98)
Setelah diperoleh harga r11 kemudian dikonsultasikan  dengan tabel harga r product moment. Apabila harga r11 lebih besar dari harga r tabel maka dikatakan isntrumen tersebut reliabel.
Sedang untuk menghitung variannya di gunakan rumus sebagai berikut :
σ=
Di mana : σ= varian
                 X = Butir soal
                 N  =Banyaknya sampel  ( suharsimi Arikunto, 1998 : 178 )
Nilai r
interpretasi
0,80 < r 1,00
Sangat tinggi
0,60 < r 0,80
Tinggi
0,40 < r 0,60
sedang
0,20 < r 0,40
rendah
0,00 < r 0,20
Sangat rendah
Tabel 2
3.Tingkat Kesukaran
Taraf kesukaran soal menyatakan beberapa bagian dari siswa yang dapat menjawab dengan benar suatu butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Untuk menentukan derajat kesulitan digunakan rumus sebagai berikut:
            P = B / JS
dengan :
      P = Indeks kesukaran
      B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
      Js = Jumlah siswa peserta tes
Kriteria harga P adalah sebagai berikut :
     Antara  0,000,30= sukar
     Antara 0,300,70= sedang
     Antara 0,701,00= mudah
(Suharsimi Arikunto.1992 :210)
Sedangkan di bagian lain Suharsimi (1998:170-171) menerangkan reliabilitas adalah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang reliable berarti instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bias dipercaya. Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen digunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
dengan keterangan:
r11           : reliabilitas  instrumen
r1/21/2    :  rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrument.          
4. Daya pembeda
Daya beda adalah kemampuan setiap butir soal untuk memisahkan siswa yang sangat mahir/ pandai dari siswa yang kurang mahir. Untuk mengetahui daya beda dari suatu item tes, terlebih dahulu dihitung besarnya proporsi kelompok atas yang menjawab benar dan proporsi kelompok bawah yang menjawab benar. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
dengan = DP = JA – JB
     keterangan :
DP = Daya beda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
Kriteria harga Daya pembeda adalah sebagai berikut :
Antara 0,00 -  0,20 = Buruk
Antara 0,21 -  0,40 = Cukup
Antara 0,41 -  0,70 = Baik
Antara 0,71 -  1,00 = Baik sekali
 (Suharsimi Arikunto,1992:216)

              Item tes yang digunakan adalah item tes yang memiliki kriteria daya beda buruk  dengan prosentase 53,30 %, item tes dengan kriteria daya beda cukup sebesar 37,78 %, item tes dengan kriteria daya beda baik sebesar 8,89 % dan item tes dengan kriteria daya beda baik sekali sebesar 0 %. Semua kriteria itu tetap dipakai dengan catatan memenuhi syarat kevalidan instrumen.
b. Analisis data
Masalah dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan SETS untuk meningktkan prestasi belajar siswa maka Sebelum dilakukan analisis data guna membuktikan hipotesis yang telah diajukan dilakukan pengujian prasarat analisis yang meliputi :
1.      Uji Normalitas
Syarat agar analisis varian dapat diterapkan adalah terpenuhinya sifat normalitas pada distribusi  populasi. Untuk mennguji apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak digunakan uji normalitas.
Menurut Suharsimi Arikunto ( 2004 : 255 ) untuk mengiji frekuensi dengan uji chi kuadrat dengan rumus yang di gunakannya yaitu :
dengan : 
Chi kuadrat
      = frekuensi yang di harapkan yaitu hasil kali antara 2 dengan N dengan luas di bawah kurva normal  interval yang bersangkutan
   = frekuensi observasi yaitu banykanya frekuensi dalam tiap kelas interval.
Kriteria pengujian untuk taraf nyata
Membandingkan dengan  dengan cara membandingkan harga dengan derajat kebebasan ( dk ) = k-1 di mana k adalah bannyaknya kelas criteria pengujianya adalah :
Jika = distribusi data tidak normal
Jika = distribusi data normal
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas di lakukan untuk mengetahui apakah sampel satu dengan lainnya memiliki persamaan atau tidak. Untuk menguji tingkat homogenitas di gunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :  = Varians gabungan
                    = Varians tiap kelompok data
                 db     = n – 1 = derajat kebebasan tiap kelompok.
                                                               ( Soemantri, 2006 : 295 )


3. Indeks Gain
Indeks gain di perlukan untuk memperoleh nilai gain kelas eksperimen dan kontrol kemudian di gunakan untuk pengujian hipotesis adapun rumus indeks gain yang di gunakan adalah sebagai berikut :

4. Uji T
           Menurut Bambang ( 2008 : 8 )  Langkah – langkah yang di lakukan adalah sebagai berikut :
 a. Pembuatan hipotesis yaitu :
    
   
b. Statistis Uji adalah sebagai berikut :
              
c. Menentukan level of signifikan
d. Menentukan peraturan – peraturan pengujiannya / kriterianya.





 











       Ho di terima apabila   ()        ( )
        Ho di tolak apabila   (
5. Uji hipotesis
Uji hipotesis di gunakan untuk menguji hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini yaitu :
Ha :   Terdapat peningkatan hasil belajar yang menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS dalam pembelajaran biologi pokok bahasan ekosistem di SMAN 5 Kota Cirebon.
Ho : Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang menggunakan srategi pembelajaran TANDUR bervisi pendekatan SETS dalam pembelajaran biologi pokok bahasan ekosistem di SMAN 5 Kota Cirebo

DAFTAR PUSTAKA

Binadja, Achmad. 2001. Pembelajaran Sains Berdasarkan kurikulum 2004 bervisi dan erpendakatan SETS. Makalah ini disajikan dalam seminar Nasional pendidikan MIPA.Universitas Negeri Semarang.

Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori – Teori Belajar. Jakarta : Erlangga
DePorter, Bobbi,dkk, 2000. Quantum Learning, Bandung: Mizan Media Utama  
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP  Semarang.Press ali.

Gulo,W. 2002. Strategi belajar mengajar. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Munawar, Indra. http://lembagastudiprofetik.blogspot.com/2009/09/ hasil belajar .html//     ( di akses tanggal 21 Januari 2010/ 11: 19)

Margono. 1997. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Majid, Abdul . 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : Rosda Karya
Mulyasa. E. 2004. Implementasi kurikulum 2004. Panduan pembelajaran KBK : Bandung : Remaja Rosdakarya.

Otiyanah.  2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sub Pokok Bahasan Ekosistem di SMP Negeri 15 Kota Cirebon. Cirebon : STAIN Cirebon.

Pratiwi, D.A, dkk. 2007. Biologi Untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga
Utomo, Pristiadi. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pembelajaran-fisika-denganpendekatan-sets/.com// ( di akses tanggal 21 Januari 2010 /11: 47 )

Purwanto, Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : Rosda Karya.

Sumadi, Suryabrata. 1989. Psikologi pendidikan. Jakarta : CV Rajawali
Sudjana, nana.2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan Dengan SPSS. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suharsimi Arikunto. 1992. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

 ________________. 1995. Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
________________. 1995. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

________________. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

________________. 2002 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

________________. 2004 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Somantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistik dalam Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Sutrisno Hadi. 1998. Statistik 2, Yogyakarta  : Andi Offset.
Taqiyuddin. 2008. Sejarah Pendidikan. Bandung : Mulia Press
Winarno Surakhmad. 1986. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars.

 


 dengan nama Allah yang maha melihat,,akhirnya selesai juga proposal ku,,,

coment wait,,,

2 komentar:

  1. mba boleh minta file di BAB III gak, kebetulan mirip dengan analisis penelitian saya. jadi butuh untuk pembanding

    BalasHapus
  2. kirim ke email ini aja mba kautsareka@yahoo.com

    BalasHapus